Jasa Riksa Uji Instalasi Listrik dan Penyalur Petir: Sebagaimana peraturan pemerintah RINO. :PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR maka pemeriksaan berkala oleh instansi terkait dalam hal ini adalah Disnaker, dilakukan setiap 2 tahun, hal ini dapat terwujud apabila pihak Swasta/Instansi sadar perlunya keselamatan baik itu MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NO. PER. 02/MEN/1989 TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR MENTERI TENAGA KERJA Menimbang a. bahwa tenaga kerja dan sumber produksi yang berada ditempat kerja perlu dijaga keselamatan dan produktivitasnya. b. bahwa sambaran petir dapat menimbulkan bahaya baik tenaga kerja dan orang lainnya yang berada ditempat kerja serta bangunan dan isinya. c. bahwa untuk itu perlu diatur ketentuan tentang instalasi penyalur petir dan pengawasannya yang ditetapkan dalam suatu Peraturan Menteri. Mengingat 1. Undang-undang No. 3 Th. 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan No. 33 Th. 1948 dari Republik Indonesia. 2. Undang-undang No. 14 Th. 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. 3. Undang-undang No. 1 Th. 1970 tentang Keselamatan Kerja. 4. Keputusan Presiden No. 64/M Tahun 1988 tentang Pembentukan Kabinet pembangunan V. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. PER-03/MEN/1978 tentang Persyaratan Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja. 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 03/IVIEN/1984 tentang Pengawasan Ketenagakerjaan terpadu. 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/ MEN/1987 tentang Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja. MEMUTUSKAN Menetapkan PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan a. Direktur ialah Pejabat sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. b. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. c. Ahli Keselamatan Kerja ialah Tenaga Tehnis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang di tunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi di taatinya Undang-undang No. l Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. d. Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab penuh terhadap tempat kerja atau bagiannya, yang berdiri sendiri. e. Pengusaha ialah orang atau badan hukum seperti yang dimaksud pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. I Tahun 1970. f. Tempat kerja ialah tempat sebagaimana dimaksud pasal 1 ayat 1 Undang undang No. 1 Tahun 1970. g. Pemasang instalasi penyalur petir yang selanjutnya disebut Instalasi ialah badan hukum yang melaksanakan pemasangan instalasi penyalur petir. h. Instalasi penyalur petir ialah seluruh susunan sarana penyalur petir terdiri atas penerima sambaran Air Terminal/Rod, Penghantar penurunan Down Conductor, Elektroda Bumi Earth Electrode termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi. i. Penerima ialah peralatan dan atau penghantar dari logam yang menonjol lurus keatas dan atau mendatar guna menerima petir. j. Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda bumi. k. Elektroda bumi ialah bagian dari instalasi penyalur petir yang ditanam dan kontak langsung dengan bumi. l. Elektroda kelompok ialah beberapa elektroda bumi yang dihubungkan satu dengan lain sehingga merupakan satu kesatuan yang hanya disambung dengan satu penghantar penurunan. m. Daerah perlindungan ialah daerah dengan radius tertentu yang termasuk dalam perlindungan instalasi penyalur petir. n. Sambungan ialah suatu kontruksi guna menghubungkan secara listrik antara penerima dengan penghantar penurunan, penghantar penurunan dengan penghantar penurunan dan penghantar penurunan dengan elektroda bumi, yang dapat berupa las, klem atan kopeling. o. Sambungan ukur ialah sambungan yang terdapat pada penghantar penurunan dengan sistem pembumian yang dapat dilepas untuk memudahkan pengukuran tahanan pembumian. p. Tahanan pembumian ialah tahanan bumi yang harus dilalui oleh arus listrik yang berasal dari petir pada waktu peralihan, dan yang mengalir dari elektroda bumi kebumi dan pada penyebarannya didalam bumi. q. Massa logam ialah massa logam dalam maupun massa logam luar yang merupakan satu kesatuan yang berada didalam atau pada bangunan, misalnya perancah-perancah baja, lift, tangki penimbun, mesin, gas dan pemanasan dari logam dan penghantar penghantar listrik. Pasal 2 1 Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standart yang diakui. 2 Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut a. Kemampuan perlindungan secara tehnis. b. Ketahanan mekanis. c. Ketahanan terhadap korosi. 3 Bahan dan konstruksi instalasi penyalur petir harus kuat dan memenuhi syarat, 4 Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian dam atau sertifikat yang diakui. Pasal 3 Sambungan-sambungan harus merupakan suatu sambungan elektris, tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat menahan kekuatan tarik sama dengaa sepuluh kali berat penghantar yang menggantung pada sambungan itu. Pasal 4 1 Penyambungan dilakukan dengan cara a. Di las. b. Di klem plat k1em, bus kontak klem dengan panjang sekurang-kurangnya 5 cm. c. Di solder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm dan khusus untuk peng-hantar penurunan dari pita harus dikeling. 2 Sambungan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak berkarat. 3 Sambungan-sambungan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat diperiksa dengan mudah. Pasal 5 Semua penghantar penurunan petir harus dilengkapi dengan sambungan pada tempat yang mudah dicapai. Pasal 6 1 Pemasangan instalasi penyalur petir harus dilakukan oleh Instalatir yang telah mendapat pengesahan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya. 2 Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud ayat 1, diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Pasal 7 Dalam hal pengaruh elektrolisa dan korosi tidak dapat dicegah maka semua bagian instalasi harus dibalut dengan timah atau cara lain yang sama atau memperbaharui bagiau-bagiannya dalam waktu tertentu. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 8 Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi Penyalur Petir non radioaktip di tempat kerja. Pasal 9 1Tempat kerja sebagaimana dimaksud pasal 8 yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain a. Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada hangunan sekitarnya seperti menara-menara, cerobong, silo, antena pemancar, monumen dan lain-lain. b. Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain. c. Bangunan untuk kepentingan umum seperti tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi dan lain-lain. d. Bangunan untuk menyimpan barang barang yang sukar diganti seperti museum, perpustakaan, tempat penyimpanan arsip dan lain-lain. e. Daerah-daerah terbuka seperti daerah perkebunan, Padang Golf, Stadion Olah Raga dan tempat-tempat lainnya. 2 Penetapan pemasangan instalasi pcnyalur petir pada tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat 1 dengan memperhitungkan angka index seperti tercantum dalam lampiran 1 Peraturan Menteri ini. BAB III PENERIMA AIR TERMINAL Pasal 10 1 Penerima harus dipasang ditempat atau bagian yang diperkirakan dapat tersambar petir dimana jika bangunan yang terdiri dari bagian-bagian seperti bangunan yang mempunyai menara, antena, papan reklame atau suatu blok bangunan harus dipandang sebagai suatu kesatuan. 2 Pemasangan penerima pada atap yang mendatar harus benar-benar menjamin bahwa seluruh luas atap yang bersangkutan termasuk dalam daerah perlindungan. 3 Penerima yang dipasang diatas atap yang datar sekurang-kurangnya lebih tinggi 15 cm dari pada sekitarnya; 4 Jumlah dan jarak antara masing-masing penerima harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menjamin bangunan itu termasuk dalam daerah perlindungan. Pasal 11 Sebagai penerima dapat digunakan a. Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga. b. Hiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari logam yang disambung baik dengan instalasi penyatur petir. c. Atap-atap dari logam yang disambung secara elektris dengan baik. Pasal 12 Semua bagian bangunan yang terbuat dari bukan logam yang dipasang menjulang ke atas dengan tinggi lebih dari 1 satu meter dari atap harus dipasang penerima tersendiri. Pasal 13 Pilar beton bertulang yang dirancangkan sebagai penghantar penurunann untuk suatu instalasi penyalur petir, pilar beton tersebut harus dipasang menonjol di atas atap dengan mengingat ketentuan ketentuan penerima, syarat-syarat sambungan dan elektroda bumi. Pasal 14 1 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima dengan jenis Franklin dan sangkar Faraday yang berhentuk runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak 112° seratus dua belas. 2 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima yang berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang yang saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112° seratus dua belas. 3 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis lain adalah sesuai dengan ketentuan tehnis dari masing-masing penerima. BAB IV PENGHANTAR PENURUNAN Pasal 15 1 Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan nok dan atau sudut-sudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan suatu sangkar dari bangunan yang akan dilindungi. 2 Penghantar penurunan harus dipasang secara sempuma dan harus diperhitungkan pemuaian dan penyusutannya akibat perubahan suhu. 3 Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 1,5 meter. 4 Penghantar penurunan harus dipasang lurus kebawah dan jika terpaksa dapat mendatar atau melampaui penghalang. 5 Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak kurang 15 cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap dari logam, genteng atau batu. 6 Dilarang memasang penghantar penurunan di bawah atap dalam bangunan. Pasal 16 Semua bubungan nok harus dilengkapi dengan penghantar penurunan, dan untuk atap yang datar harus dilengkapi dengan penghantar penurunan pada sekeliling pinggirnya, kecuali persyaratan daerah perlindungan terpenuhi. Pasal 17 1 Untuk mengamankan bangunan terhadap loncatan petir dari pohon yang letaknya dekat bangunan dan yang diperkirakan dapat tersambar petir, bagian bangunan yang terdekat dengan pohon tesebut harus dipasang penghantar penurunan. 2 Penghantar penurunan harus selalu dipasang pada bagian-bagian yang menonjol yang diperkirakan dapat tersambar petir. 3 Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mudah rusak. Pasal 18 1 Penghantar penurunan harus dilindungi terhadap kerusakan-kerusakan mekanik, pengaruh cuaca, kimia elektrolisa dan sebagainya. 2 Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan pipa logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis kepada penghantar untuk mengurangi tahanan induksi. Pasal 19 1 Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 dua buah penghantar penurunan. 2 Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu penerima, dari penerima tersebut harus ada paling sedikit 2 dua buah penghantar penurunan. 3 Jarak antara kaki penerima dan titik pencabangan penghantar penurunan paling besar 5 lima meter. Pasal 20 Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus digunakan kawat tembaga atau bahan yang sederajat dengan ketentuan a. Penampang sekurang-kurangnya 50 mm. b. Setiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal serendah-rendahnya 2 mm. Pasal 21 1 Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap, pilar-pilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja yang mempunyai massa logam yang baik; 2 Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi syarat, kecuali; a. Sudah direncanakan sebagai penghantar penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnya. b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah sepanjang waktu. 3 Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai penghantar penurunan harus digunakan kolom beton bagian luar. Pasal 22 Penghantar penurunan dapat digunakan pipa penyalur air hujan dari logam yang dipasang tegak dengan jumlah paling banyak separuh dari jumlah penghantar penurunan yang diisyaratkan dengan sekurang-kurangnya dua buah merupakan penghantar penurunan khusus. Pasal 23 1 Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu dengan yang lain diukur sebagai berikut; a. Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter maximum 20 meter. b. Pada bangunan yang tingginya antara 25 – 50 meter maka jaraknya {30 – 0,4 x tinggi bangunan} c. Pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter maximum 10 meter. 2 Pengukuran jarak dimaksud ayat I dilakukan dengan menyusuri keliling bangunan. Pasal 24 Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak sama tingginya, tiap-tiap bagian harus ditinjau secara tersendiri sesuai pasa1 23 kecuali bagian banguna yang tingginya kurang dari seperempat tinggi bangunan yang tertinggi, tingginya kurang dari 5 meter dan mempunyai luas dasar kurang dari 50 meter persegi. Pasal 25 1 Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter dan mempunyai bagian-bagian yang menonjol kesamping harus dipasang beberapa penghantar penurunan dan tidak menurut ketentuan pasal 23. 2 Pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, semua bagian-bagian yang menonjol ke atas harus dilengkapi dengan penghantar penurunan kecuali untuk menara-menara. Pasal 26 Ruang antara bangunan-bangunan yang menonjol kesamping yang merupakan ruangan yang sempit tidak perlu dipasang penghantar penurunan jika penghantar penurunan yang dipasang pada pinggir atap tidak terputus. Pasal 27 1 Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Franklin dan sangkar Faraday, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dipilih sesuai dengan daftar pada lampiran II Peraturan Menteri ini. 2 Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Elektrostatic dan atau jenis lainnya, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dapat menggunakan bahan sesuai dengan daftar pada lampiran II Peraturan Menteri ini dan atau jenis lainnya sesuai dengan standard yang diakui. 3 Penentuan bahan dan ukurannya dari ayat l dan ayat 2 pasal ini, ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu ketahanan mekanis, ketahanan terhadap pengaruh kimia terutama korosi dan ketahanan terhadap pengaruh lingkungan lain dalam batas standard yang diakui. 4 Semua penghantar dan pengebumian yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan standard yang diakui. BAB V PEMBUMIAN Pasal 28 1 Elektroda bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian sekecil mungkin. 2 Sebagai elektroda bumi dapat digunakan a. Tulang-tulang baja dari lantai-lantai kamar dibawah bumi dan tiang pancang yang sesuai dengan keperluan pembumian. b. Pipa-pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak. c. Pipa-pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatar. d. Pelat logam yang ditanam. e. Bahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara pemakaian menurut ketentuan pabrik pembuatnya. 3 Elektroda bumi tersebut dalam ayat 2 harus dipasang sampai mencapai air dalam bumi. Pasal 29 1 Elektroda bumi dapat dibuat dari a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn Zincum dan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,25 mm. b. Batang baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah sekurang-kurangnya 19 mm. c. Pita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm. 2 Untuk daerah-daerah yang sifat korosipnya lebih besar, elektroda bumi harus dibuat dari a. Pipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam sekurang-kurangnya 50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5 mm. b. Pipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan garis tengah daIam sekurang kurangnya 16 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3 mm. c. Batang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mm. d. Batang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang disalur dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis tengah sekurang-kurangnya 16 mm. e. Pita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm. Pasal 30 1 Masing-masing penghantar penurunan dari suatu instalasi penyalur petir yang mempunyai beberapa penghantar penurunan harus disambungkan dengan elektroda kelompok. 2 Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam bumi tidak boleh kurangdari 4 meter, kecuali jika sebahagian dari elektroda bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah batas minimum permukaan air dalam bumi. 3 Tulang-tulang besi dari lantai beton dan gudang dibawah bumi dan tiang pancang dapat digunakan sebagai elektroda bumi yang memenuhi syarat apabila sebahagian dari tulang-tulang besi ini berada sekurang-kurangnya l satu meter dibawah permukaan air dalam bumi. 4 Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar harus ditanam sekurang-kurangnya 50 cm didalam tanah. Pasal 31 Elektroda bumi dan elektroda kelompok harus dapat diukur tahanan pembumiannya secara tersendiri maupun kelompok dan pengukuran dilakukan pada musim kemarau. Pasal 32 Jika keadaan alam sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian tidak dapat tercapai secara tehnis, dapat dilakukan cara sebagai berikut. a. Masing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan penghantar lingkar yang ditanam lengkap dengan beberapa elektroda tegak atau mendatar sehingga jumlah tahanan pembumian bersama memenuhi syarat. b. Membuat suatu bahan lain bahan kimia dan sebagainya yang ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahanan pembumian memenuhi syarat. Pasal 33 Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir. Pasal 34 1 Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar dapat dibuat dari pita baja yang disepuh Zn dengan tebal sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm atau dari bahan yang sederajat. 2 Untuk daerah yang sifat korosipnya lehih besar, elektroda burni mendatar atau penghantar lingkar harus dibuat dari a. Pita baja yang disepuh Zn dengan ukuran lebar sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm atau dari bahan yang sederajat. b. Tembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat, dengan luas penampang sekurang-kurangnya 50 mm dan bila bahan itu berbentuk pita harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 2 mm. c. Elektroda pelat yang terbuat dari tembaga atau hahan yang sederajat dengan luas satu sisi permukaan sekurang-kurangnya 0,5 m dan tebal sekurang-kurangnya 1 mm. Jika berbentuk silinder maka luas dinding silinder tersebut harus sekurang-kurangnya 1 m2. BAB VI MENARA Pasal 35 1 Instalasi Penyalur Petir pada bangunan yang menyerupai menara seperti menara air, silo, masjid, gereja, dan lain-lain harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut a. Bahaya meloncatnya petir. b. Hantaran listrik. c. Penempatan penghantar. d. Daya tahan terhadap gaya mekanik. e. Sambungan-sambungan antara massa logam dari suatu bangunan. 2 Instalasi penyalur petir dari menara tidak boleh dianggap dapat melindungi bangunan bangunan yang berada disekitarnya. Pasal 36 l Jumlah dan penempatan dari penghantar penurunan pada bagian luar dari menara harus diselenggarakan menurut pasal 23 ayat 1. 2 Didalam menara dapat pula dipasang suatu penghantar penurunan untuk memudahkan penyambungan-penyambungan dari bagian-bagian logam menara itu. Pasal 37 Menara yang seluruhnya terbuat dari logam dan dipasang pada pondasi yang tidak dapat menghantar, harus dibumikan sekurang-kurangnya pada dua tempat dan pada jarak yang sama diukur menyusuri keliling menara tersebut. Pasal 38 Sambungan-sambungan pada instalasi penyalur petir untuk menara harus betul-betul diperhatikan terhadap sifat korosip dan elektrolisa dan harus secara dilas karena kesukaran pemeriksaan dan pemeliharaannya. BAB VII BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA Pasal 39 1 Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan menggunakan penyalur tegangan lebih, kecuali jika antena tersebut berada dalam daerah yang dilindungi dan penempatan antena itu tidak akan menimbulkan loncatan bunga api. 2 Jika antena sudah dibumikan secara tersendiri, maka tidak perlu dipasang penyalur tegangan lebih. 3 Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, antena harus dihubungkan kebumi melalui penyalur tegangan lebih. Pasa1 40 1 Pemasangan penghantar antara antena dan instalasi penyalur petir atau dengan bumi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga bunga api yang timbul karena aliran besar tidak dapat menimbulkan kerusakan. 2 Besar penampang dari penghantar antara antena dengan penyalur tegangan lebih, penghantar antara tegangan lebih dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi harus sekurang-kurangnya 2,5 mm. 3 Pemasangan penghantar antara antena dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi harus dipasang selurus mungkin dan penghantar tersebut dianggap sebagai penghantar penurunan petir. Pasa1 41 1 Pada bangunan yang mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan instalasi penyalur petir harus pada tempat yang tertinggi. 2 Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir. Pasa1 42 1 Pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan elektroda bumi harus dipasang diluar bangunan. 2 Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang besi ini harus dihubungkan dengan bumi. BAB VIII CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M Pasal 43 1 Pemasangan instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lain yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter harus diperhatikan keadaan seperti dibawah ini a. Timbulnya karat akibat adanya gas atau asap terutama untuk bagian atas dari instalasi. b. Banyaknya penghantar penurunan petir. c. Kekuatan gaya mekanik. 2 Akibat kesukaran yang timbul pada pemeriksaan dan pemeliharaan, pelaksanaan pemasangan dari instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lainnya harus diperhitungkan juga terhadap korosi dan elektrolisa yang mungkin terjadi. Pasa1 44 Instaiasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh dianggap dapat bangunan yang berada disekitarnya. Pasa1 45 1 Penerima petir harus dipasang menjulang sekurang-kurangnya 50 cm diatas pinggir cerobong. 2 Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian puncak cerobong dapat digunakan sebagai penerima petir. 3 Penerima harus disambung satu dengan lainnya dengan penghantar lingkar yang dipasang pada pinggir atas dari cerobong atau sekeliling pinggir bagian luar, dengan jarak tidak lebih dari 50 cm dibawah puncak cerobong. 4 Jarak antara penerima satu dengan lainnya diukur sepanjang keliling cerobong paling besar 5 meter. Penerima itu harus dipasang dengan jarak sama satu dengan lainnya pada sekelilingnya. 5 Batang besi, pipa besi dan cincin besi yang digunakan sebagai penerima harus dilapisi dengan timah atau bahan yang sederajat untuk mencegah korosi. Pasal 46 1 Pada tempat-tempat yang terkena bahaya termakan asap, uap atau gas sedapat mungkin dihindarkan adanya sambungan. 2 Sambungan-sambungan yang terpaksa dilakukan pada tempat-tempat ini, harus dilindungi secara baik terhadap bahaya korosi. 3 Sambungan antara penerima yang dipasang secara khusus dan penghantar penurunan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 meter dibawah pinggir puncak dari cerobong. Pasal 47 1 Instalasi penyalur petir dari cerobong sekurang kurangnya harus mempunyai 2 dua penghantar penurunan petir yang dipasang dengan jarak yang sama satu dengan yang lain. 2 Tiap-tiap penghantar penurunan harus disambungkan langsung dengan penerima. Pasal 48 1 Cerobong dari logam yang berdiri tersendiri dan ditempatkan pada suatu pondasi yang tidak dapat menghantar harus dihubungkan dengan tanah. 2 Sabuk penguat dari cerobong yang terbuat dari logam harus di sambung secara kuat dengan penghantar penurunan. Pasal 49 1 Kawat penopang atau penarik untuk cerobong harus ditanamkan ditempat pengikat pada alat penahan ditanah dengan menggunakan elektroda bumi sepanjang 2 meter. 2 Kawat penopang atau penarik yang dipasang pada bangunan yang dilindungi harus disambungkan dengan instalasi penyalur petir bangunan itu. BAB IX PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN Pasal 50 1 Setiap instalasi penyalur petir dan bagian bagiannya harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat. 2 Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji a. Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dari instalatir kepada pemakai. b. Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petir. c. Secara berkala setiap dua tahun sekali. d. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir. Pasal 51 1 Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk. 2 Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyedian alat-alat bantu. Pasa1 52 Dalam pemeriksaan berkala harus diperhatikan tentang hal-hal sebagai berikut a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karat. b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar dan sebagainya. c. Sambungan-sarnbungan. d. Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektroda kelompok. Pasa1 53 1 Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat dalam buku khusus tentang hari dan tanggal hasil pemeriksaan. 2 Kerusakan-kerusakan yang didapati harus segara diperbaiki. Pasa1 54 1 Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm. 2 Pengukuran tahanan pembumian dari elektroda bumi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan yang timbul disebabkan kesalahan polarisasi bisa dihindarkan; Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran secara listrik. BAB X PENGESAHAN Pasal 55 1 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana instalasi 2 Gambar rencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus menunjukan gambar bagian tampak atas dan tampak samping yang mencakup gambar detail dari bagian-bagaian instalasi beserta keterangan terinci termasuk jenis air terminal, jenis dari atap bangunan, bagian-bagian lain peralatan yang ada diatas atap dan bagian-bagian logam pada atau diatas atap. Pasal 56 1 Gambar rencana instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 55 harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya. 2 Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebi lanjut dengan Keputusan Menteri. Pasa1 57 1 Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya. 2 Setiap penerima khusus seperti elektrostatic dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya. 3 Tata cara untuk mendapat sertifikat sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. Pasal 58 Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur petir, maka pengurus atau pemilik harus mengajukan permohonan perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah yang ditunjuknya dengan melampiri gambar rencana perubahan. Pasal 59 Pengurus atau pemilik wajib mentaati dan melaksanakan semua ketentuan dalam Peraturan Menteri ini. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasa1 60 Pengurus atau pemilik yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 6 ayat 1, pasal 55 ayat 1, pasal 56 ayat 1, pasal 57 ayat 1 dan 2, pasal 58 dan pasat 59 diancam dengan hukuman kurungan selama lamanya 3 tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. ribu rupiah sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat 2 dan 3 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. BAB XII ATURAN PERALIHAN Pasal 61 Instalasi penyalur petir yang sudah digunakan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, Pengurus atau Pemilik wajib menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam waktu 1 satu tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 62 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI J A K A R T A PADA TANGGAL 21 PEBRUARI 1989. MENTERI TENAGA KERJA Tdd __________________________________________________________________________________________________________________________________________________ Sertifikasi Penyalur Petir atau Uji Kelayakan Instalasi penangkal petir sudah di atur dalam Undang Undang dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. TENTANG PENGAWASAN INSTALASI PENYALUR PETIR, maka pemeriksaan berkala oleh instansi terkait atau Disnaker di lakukan setiap 2 tahun, hal ini di mungkinkan bila pihak swasta atau instansi terkait sadar perlunya keselamatan kerja bagi karyawan yang ada di sekitar tempat kerja. Kami melayani seluruh konsumen sampai pada tahap pengurusan sertifikasi penyalur petir atau ijin disnaker instalasi penyalur petir, sedangkan untuk pengujian atau sertifikasi kelayakan dari instalasi penyalur petir di sesuaikan dengan periode masa berlaku Ijin Disnaker Instalasi Penangkal Petir atau Sertifikasi Penyalur Petir yang sudah ada 2 Tahun. Air Terminal Penangkal Petir Flash Vectron adalah alat penerima sambaran petir yang berbasis kerja ESE Early Streamer Emission Lightning Conductor. Dengan sistim kerja mengumpulkan energi awan disaat ada awan energi melintas di area perlindungan, kemudian menjemput kilatan petir dengan mengeluarkan lidah api penuntun keudara streamer, menangkap dan menyalurkan ke bumi. Meskipun seluruh terminal unit penangkal petir elektrostatis berbasis kerja sama yaitu ESE Early Streamer Emission Lightning Conductor, akan tetapi anti petir atau penangkal petir Flash Vectron di rancang khusus untuk digunakan didaerah yang beriklim tropis seperti di Indonesia. PENANGKAL PETIR – ANTI PETIR Manusia selalu mencoba untuk menjinakan keganasan alam, salah satunya adalah bahaya sambaran petir, metoda yang pernah di kembangkan terkait tentang industri penangkal petir atau anti petir di dunia adalah Penangkal Petir Konvensional / Faraday / Franklin Kedua ilmuwan tersebut Faraday dan Franklin menjelaskan system yang hampir sama, yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara bagian atas bangunan dan grounding, sedangkan system perlindungan yang di hasilkan ujung penerima/splitzer adalah sama pada rentang 30 – 40 derajat. Perbedaannya adalah system yang di kembangkan Faraday bahwa kabel penghantar berada pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel penghantar juga berfungsi sebagai material penerima sambaran petir, yaitu berupa sangkar elektris atau biasa di sebut dengan sangkar faraday. Penangkal Petir Radio Aktif Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan semua ilmuwan sepakat bahwa terjadinya petir karena ada muatan listrik di awan berasal dari proses ionisasi, maka untuk menggagalkan proses ionisasi dilakukan dengan cara menggunakan zat berradiasi seperti Radiun 226 dab Ameresium 241 karena kedua bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang dapat menetralkan muatan listrik awan. Maka manfaat lain hamburan ion radiasi tersebut akan menambah muatan pada ujung finial/splitzer, bila mana awan yang bermuatan besar tidak mampu di netralkan zat radiasi kemudian menyambar maka akan cenderung mengenai penangkal petir atau anti petir ini. Keberadaan penangkal petir atau anti petir jenis ini telah dilarang pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan internasional dengan pertimbangan mengurangi zat beradiasi di masyarakat, selain itu penangkal petir ini dianggap dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Penangkal Petir Elektrostatis Prinsip kerja penangkal petir elektrostatis mengadopsi sebagian system penangkal petir radio aktif, yaitu menambah muatan pada ujung finial/splitzer agar petir selalu melilih ujung ini untuk di sambar. Perbedaan dengan system radio aktif adalah jumlah energi yang dipakai. Untuk penangkal petir radio aktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi sedangkan pada penangkal petir elektrostatis energi listrik yang dihasilkan dari listrik awan yang menginduksi permukaan bumi. Penangkal petir elektrostatis saat ini menjadi solusi petir terbaik di dunia, bahkan Anti Petir Flash Vectron telah di design khusus untuk di terapkan didaerah tropis seperti di Indonesia. Acuannya IEC 6-1024-1, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. IEC 6-1024-1-1, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. Section 1 Guide A – Selection Levels For Lightning Protection System. IEC 6-1024-1-2, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. Section 2 Guide B – Design, Installation, Maintenance and Inspection of Lightning Protection System. IEC 6-1312-1, Protection Against Lightning Electromagnetic Impilse – Part 1 General Principles ISTILAH PENANGKAL PETIR ATAU ANTI PETIR Penangkal Petir atau Anti Petir adalah istilah yang sudah keliru dalam bahasa kita, kesan yang ditimbulkan dua istilah ini adalah aman 100 % dari bahaya petir, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Dalam penanganan bahaya petir memang ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi, bilamana kita ingin mencari solusi total akan bahaya petir maka kita harus mempertimbangkan faktor tersebut. Sambaran petir tidak langsung pada bangunan yaitu petir menyambar di luar areal perlindungan dari instalasi penangkal petir atau anti petir yang telah terpasang, kemudian arus petir ini merambat melalui instalasi listrik, kabel data atau apa saja yang mengarah ke bangunan, akhirnya arus petir ini merusak unit peralatan listrik dan elektronik di dalam bangunan tersebut. Masalah ini semakin runyam karena peralatan elektronik menggunakan tegangan kecil, DC yang sangat sensitif. Pada dasarnya system pengamanan sambaran petir langsung bukan membuat posisi kita aman 100 % dari petir melainkan membuat posisi bangunan kita terhindar dari kerusakan fatal akibat sambaran langsung serta mengurangi dampak kerusakan peralatan listrik dan elektronik bila ada sambaran petir yang mengenai bangunan kita. Maka istilah yang paling tepat untuk pengamanan petir adalah PENYALUR PETIR. PRINSIP PERLINDUNGAN PENYALUR PETIR FLASH VECTRON Jika kita memperhatikan bahaya yang di akibatkan sambaran petir, maka sistem perlindungan petir harus mampu melindungi struktur bangunan atau fisik maupun melindungi peralatan dari sambaran langsung dengan di pasangnya penangkal petir eksternal Eksternal Protection dan sambaran tidak langsung dengan di pasangnya penangkal petir internal Internal Protection atau yang sering di sebur surge arrester serta pembuatan grounding system yang memadai sesuai standart yang telah di tentukan. Sampai saat ini belum ada alat atau sistem proteksi petir yang dapat melindungi 100 % dari bahaya sambaran petir, namun usaha perlindungan mutlak dan wajib sangat di perlukan. Selama lebih dari 60 tahun pengembangan dan penelitian di laboratorium dan lapangan terus dilakukan, berdasarkan usaha tersebut suatu rancangan sistem proteksi petir secara terpadu telah di kembangan oleh Flash Vectron Lightning Protection “SEVEN POINT PLAN”. Tujuan dari “SEVEN POINT PLAN” adalah menyiapkan sebuah perlindungan efective dan dapat di andalkan terhadap serangan petir, “Seven Point Plan’ tersebut meliputi Menangkap Petir Dengan cara menyediakan system penerimaan Air Terminal Unit yang dapat dengan cepat menyambut sambaran arus petir, dalam hal ini mampu untuk lebih cepat dari sekelilingnya dan memproteksi secara tepat dengan memperhitungkan besaran petir. Terminal Petir Flash Vectron mampu memberikan solusi sebagai alat penerima sambaran petir karena desainnya dirancang untuk digunakan khusus di daerah tropis. Menyalurkan Arus Petir Sambaran petir yang telah mengenai terminal penangkal petir sebagai alat penerima sambaran akan membawa arus yang sangat tinggi, maka dari itu harus dengan cepat disalurkan ke bumi grounding melalui kabel penyalur sesuai standart sehingga tidak terjadi loncatan listrik yang dapat membahayakan struktur bangunan atau membahayakan perangkat yang ada di dalam sebuah bangunan. Menampung Petir Dengan cara membuat grounding system dengan resistansi atau tahanan tanah kurang dari 5 Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah untuk instalasi penangkal petir atau anti petir harus dibawah 3 Ohm. Proteksi Grounding System Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan untuk pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih lagi jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus petir yang ditimbulkan adanya beda potensial tegangan maka setiap titik grounding harus dilindungi dengan cara integrasi atau bonding system. Proteksi Petir Jalur Power Listrik Proteksi terhadap jalur dari power mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi yang dapat merusak peralatan listrik dan elektronik. Proteksi Petir Jalur PABX Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan jaringan data Proteksi Petir Jalur Elektronik Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan memasang surge arrester elektronik. HASIL PENELITIAN SISTEM PROTEKSI PETIR EKSTERNAL Teori sistem proteksi petir yang dipasang di atas struktur bangunan bertujuan untuk Memahami parameter sistem proteksi petir pada bangunan tersebut dengan melakukan eksperimen dilapangan. Menghitung sudut lindung atau radius proteksi dari batang finial Menghitung tegangan lebih akibat sambaran petir tidak langsung. Melakukan pemasangan grounding sistem sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Tipe atau jenis sistem instalasi penangkal petir atau anti petir sebaiknya mempertimbangkan secara detail mulai dari tahap perancangan suatu struktur bangunan baru, sehingga bagian bangunan yang secara listrik bersifat konduktif dapat dimanfaatkan secara maksimum. Dengan demikian rancangan dan konstruksi instalasi penangkal petir atau anti petir secara keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan dan efektivitas sistem proteksi petir dapat di tingkatkan dengan biaya minimum. Acuannya IEC 6-1024-1, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. IEC 6-1024-1-1, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. Section 1 Guide A – Selection Levels For Lightning Protection System. IEC 6-1024-1-2, Protection of Structures Against Lightning – Part 1 General Principles. Section 2 Guide B – Design, Installation, Maintenance and Inspection of Lightning Protection System. IEC 6-1312-1, Protection Against Lightning Electromagnetic Impilse – Part 1 General Principles CARA PASANG INSTALASI PENANGKAL PETIR FLASH VECTRON Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan pengukuran resistansi atau tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan 5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi atau tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm. Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang kabel penyalur Down Conductor dari titik grounding sampai keatas bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak belokan atau tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi dapat efektif dan efisien. Kabel penangkal petir yang biasa di gunakan antara lain kabel BC Bare Copper, kabel NYY atau kabel Coaxial. Untuk tempat – tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung Conduite dengan maksud kerapihan dan keamanan. Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya pemasangan head terminal petir tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding system. PERBANDINGAN PENANGKAL PETIR KONVENSIONAL DENGAN PENANGKAL PETIR ELEKTROSTATIS Penangkal Petir Konvensional – Membutuhkan volume kabel penghantar yang sangat banyak. – Daerah perlindungan terbatas, radius perlindungan hanya 2 meter atau 45 derajat – Cenderung lebih mahal biayanya jika di terapkan pada area perlindungan yang sangat luas – Membutuhkan banyak titik grounding, karena setiap 10 meter panjang areal perlindungan harus 1 titik grounding – Membutuhkan banyak splitzer di atas struktur bangunan sebagai alat penerima sambaran – Cenderung merusak estetika struktur bangunan yang akan di pasang – Bentuk ujung splitzer sangat runcing berbahaya bagi petugas atau pekerja yang bekerja di atap Penangkal Petir Elektrostatis – Tidak banyak membutuhkan material maupun kabel – Area perlindungan lebih luas antara 50 Meter sampai 150 Meter – Cenderung lebih ekonomis jika diterapkan pada area yang sangat luas – Pada umumnya hanya membutuhkan 1 titik arde atau resistansi < 5 Ohm – Hanya membutuhkan 1 unit terminal untuk radius proteksi tertentu – Perawatan dan pemasangan sangat mudah dan tidak mengganggu estetika – Bertindak sebagai pencegah interferensi perangkat elektronik kita – Lebih aman bagi pekerja yang akan melakukan perawatan instalasi RADIUS PROTEKSI PENANGKAL PETIR FLASH VECTRON Radius penangkal petir tidak hanya berdasarkan kapasitas rata-rata yang tercantum dalam tabel. Radius perlindungan sebuah terminal unit penangkal petir elektrostatis juga sangat tergantung pada posisi penempatannya dari atas bangunan, semakin tinggi letak posisi terminal petir maka akan menghasilkan jarak perlindungan yang semakin besar. Selain itu ada teori penunjang lain yang menyebutkan bahwasannya intensitas petir curah petir tahunan di sebuah wilayah juga dapat mempengaruhi radius proteksi terminal unit penangkal petir. Bila sebuah wilayah memiliki intensitas sambaran petir yang sangat tinggi misalnya di daerah pegunungan atau daerah berbukit maka standart kinerja radius proteksi penangkal petir harus di nilai 80% dari kinerja optimal, karena akan ada waktu singkat jeda pendek untuk mengisi ulang kapasitor. Didalam teori atau dalam buku tentang penangkal petir ESE Early Streamer Emission Lightning Conduktor terminal petir diatur dalam standart NFC 17-102 dari Perancis atau UNE 21-186 dari Spanyol serta DIN VDE 0800 dan DIN VDE 0845 dari Jerman. Sampai saat ini hanya 3 negara ini di dunia yang mengadopsi ESE kedalam standart acuan proteksi penangkal petir. HARGA PENANGKAL PETIR ELEKTROSTATIS Berikut beberapa paket harga penangkal petir atau harga anti petir, jika ingin mengetahui informasi lebih lengkap silahkan hubungi call centre kami di nomor 0821 2226 2226. Untuk mendapatkan brosur penangkal petir Flash Vectron silahkan buka halaman brosur penangkal petir atau manual book penangkal petir. CIRI – CIRI TERMINAL PETIR FLASH VECTRON ORIGINAL Kami dari Managemen JAG Group telah melakukan upgrade Terminal Petir Flash Vectron berdasarkan penelitian yang selama ini kami lakukan, sehingga kualitas Terminal Petir Flash Vectron semakin meningkat. Waspadai pihak-pihak yang memasarkan produk palsu, karena selain tidak bisa di pertanggung jawabkan, produk tersebut tidak mengacu kepada standar mekanisme kerja penangkal petir elektrostatis di dunia. Berikut ciri-ciri penangkal petir Flash Vectron original yang di produksi oleh PT. Flash Vectron Indonesia. Pada setiap Elektroda atas Bilah Pemicu terdapat tulisan “Flash Vectron“ Pada setiap Elektroda bawah Sirip terdapat kode “FV” Ketebalan Elektroda Flash Vectron adalah 5 mm Seluruh material logam bahan dasar Flash Vectron adalah Stainless Steel Pada Body Flash Vectron terdapat Barcode Pada Sertifikat Flash Vectron terdapat QR Code Kemasan Flash Vectron berwarna merah melambangkan semangat dan keberanian Pada kemasan Flash Vectron terdapat Barcode PERANGKAT PENANGKAL PETIR FLASH VECTRON Main Rod, adalah batang utama berbentuk runcing terbuat dari logam yang berfungsi sebagai penerima sambaran petir langsung, Pointy Spear ini memiliki kemampuan untuk menerima sambaran petir hingga 300 KA Elektroda, perangkat ini memainkan peran yang sangat penting sebagai bilah pemicu untuk mengumpulkan cadangan energi awan dari luar, dan energi tersebut di manfaatkan untuk membangkitkan Early Streamer Emission Conductor. Bilah pemicu ini aktif bekerja dengan 2 system, pertama-tama menerima dan mengumpulkan energi awan dengan menggunakan system induksi serta sensor, sedangkan yang kedua menggunakan karbon inti mengumpulkan energi awan dari induksi awan tersebut. Ion Generator, terdiri dari unit kapasitor, ion pembangkit, sensor petir. Ion Generator adalah perangkat kunci penangkal petir Flash Vectron. Spear Shooter, bagian ini adalah konduktor di sisi atas untuk menembak ion ke udara. KEUNGGULAN ATAU KELEBIHAN PENANGKAL PETIR FLASH VECTRON Penangkal petir Flash Vectron merupakan penangkal petir elektrostatis berbasis kerja ESE yang di rancang khusus untuk daerah tropis seperti halnya di Indonesia. Ada 8 kelebihan Anti petir atau penangkal petir Flash Vectron, yaitu Lebih Estetik, di rancang oleh ilmuwan petir Indonesia dan Arsitek dari Jerman Unit Terminal Kokoh, di rancang agar tidak ada rongga yang menyebabkan masuknya air hujan sebagai penyebab korosi Bebas Perawatan, tidak ada Power Supply or Solar Cells, No Radio Aktif, discharge Current 300 kA Lebih Praktis, di rancang agar mempermudah kita dalam hal pemasangan di lapangan Bahan Baku Berkualitas, bahan dan material untuk memproduksi anti petir atau penangkal petir Flash Vectron adalah bahan dan material pilihan sesuai standar SNI dan IEC Lebih Ekonomis, harga kompetitif bersaing bahkan jika di bandingkan dengan produk lain bisa lebih murah Teknologi Terkini, di rancang khusus untuk daerah tropis yang cocok untuk di pasang di Indonesia Produser Terpercaya, perusahaan yang memproduksi penangkal petir Flash Vectron adalah perusahaan lokal yang bekerja sama dengan perusahaan Jerman di dukung oleh Laboratorium Tegangan Tinggi HLI Hamburg Laboratory Inc dan GEC Germany Electrotechnical Commission

Azman 204. 2022. RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK) PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi. RKK pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c disusun oleh

1 Instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan atau standart yang diakui2 Instalasi penyalur petir secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut4 Bagian-bagian instalasi penyalur petir harus memiliki tanda hasil pengujian dam atau sertifikat yang harus merupakan suatu sambungan elektris, tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat menahan kekuatan tarik sama dengaa sepuluh kali berat penghantar yang menggantung pada sambungan bulat panjang yang terbuat dari tembagaHiasan-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong-cerobong dari logam yang disambung baik dengan instalasi penyatur petirAtap-atap dari logam yang disambung secara elektris dengan 12Semua bagian bangunan yang terbuat dari bukan logam yang dipasang menjulang ke atas dengan tinggi lebih dari 1 satu meter dari atap harus dipasang penerima 13Pilar beton bertulang yang dirancangkan sebagai penghantar penurunann untuk suatu instalasi penyalur petir, pilar beton tersebut harus dipasang menonjol di atas atap dengan mengingat ketentuan-ketentuan penerima, syarat-syarat sambungan dan elektroda 141 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima dengan jenis Franklin dan Sangkar Faraday yang berhentuk runcing adalah suatu kerucut yang mempunyai sudut puncak 112° seratus dua belas3 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima yang berbentuk penghantar mendatar adalah dua bidang yang saling memotong pada kawat itu dalam sudut 112° seratus dua belas3 Untuk menentukan daerah perlindungan bagi penerima jenis lain adalah sesuai dengan ketentuan tehnis dari masing-masing penerimaBAB IVPENGHANTAR PENURUNANPasal 151 Penghantar penurunan harus dipasang sepanjang bubungan nok dan atau sudut-sudut bangunan ke tanah sehingga penghantar penurunan merupakan suatu sangkar dari bangunan yang akan dilindungi.2 Penghantar penurunan harus dipasang secara sempuma dan harus diperhitungkan pemuaian dan penyusutannya akibat perubahan suhu3 Jarak antara alat-alat pemegang penghantar penurunan satu dengan yang lainnya tidak boleh lebih dari 1,5 meter4 Penghantar penurunan harus dipasang lurus kebawah dan jika terpaksa dapat mendatar atau melampaui penghalang5 Penghantar penurunan harus dipasang dengan jarak tidak kurang 15 cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap dari logam, genteng atau batu6 Dilarang memasang penghantar penurunan di bawah atap dalam 16Semua bubungan nok harus dilengkapi dengan penghantar penurunan, dan untuk atap yang datar harus dilengkapi dengan penghantar penurunan pada sekeliling pinggirnya, kecuali persyaratan daerah perlindungan 171 Untuk mengamankan bangunan terhadap loncatan petir dari pohon yang letaknya dekat bangunan dan yang diperkirakan dapat tersambar petir, bagian bangunan yang terdekat dengan pohon tesebut harus dipasang penghantar penurunan2 Penghantar penurunan harus selalu dipasang pada bagian-bagian yang menonjol yang diperkirakan dapat tersambar petir3 Penghantar penurunan harus dipasang sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mudah 181 Penghantar penurunan harus dilindungi terhadap kerusakan-kerusakan mekanik, pengaruh cuaca, kimia elektrolisa dan sebagainya.2 Jika untuk melindungi penghantar penurunan itu dipergunakan pipa logam, pipa tersebut pada kedua ujungnya harus disambungkan secara sempurna baik elektris maupun mekanis kepada penghantar untuk mengurangi tahanan 191 Instalasi penyalur petir dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 dua buah penghantar penurunan2 Instalasi penyalur petir yang mempunyai lebih dari satu penerima, dari penerima tersebut harus ada paling sedikit 2 dua buah penghantar penurunan3 Jarak antara kaki penerima dan titik pencabangan penghantar penurunan paling besar 5 lima 20Bahan penghantar penurunan yang dipasang khusus harus digunakan kawat tembaga atau bahan yang sederajat dengan ketentuan Penampang sekurang-kurangnya 50 mmSetiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal serendah-rendahnya 2 211 Sebagai penghantar penurunan petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap, pilar-pilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja yang mempunyai massa logam yang baik2 Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus memenuhi syarat, kecuali ;Sudah direncanakan sebagai penghantar penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnyaUjung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah sepanjang waktu.3 Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai sebagai penghantar penurunan harus digunakan kolom beton bagian 22Penghantar penurunan dapat digunakan pipa penyalur air hujan dari logam yang dipasang tegak dengan jumlah paling banyak separuh dari jumlah penghantar penurunan yang diisyaratkan dengan sekurang-kurangnya dua buah merupakan penghantar penurunan 231 Jarak minimum antara penghantar penurunan yang satu dengan yang lain diukur sebagai berikut;Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter maximum 20 meterPada bangunan yang tingginya antara 25 – 50 meter maka jaraknya {30 – 0,4 x tinggi bangunan }Pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter maximum 10 meter.2 Pengukuran jarak dimaksud ayat I dilakukan dengan menyusuri keliling 24Untuk bangunan-bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang tidak sama tingginya, tiap-tiap bagian harus ditinjau secara tersendiri sesuai pasa1 23 kecuali bagian banguna yang tingginya kurang dari seperempat tinggi bangunan yang tertinggi, tingginya kurang dari 5 meter dan mempunyai luas dasar kurang dari 50 meter 251 Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter dan mempunyai bagian-bagian yang menonjol kesamping harus dipasang beberapa penghantar penurunan dan tidak menurut ketentuan pasal 232 Pada bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, semua bagian-bagian yang menonjol ke atas harus dilengkapi dengan penghantar penurunan kecuali untuk 26Ruang antara bangunan-bangunan yang menonjol kesamping yang merupakan ruangan yang sempit tidak perlu dipasang penghantar penurunan jika penghantar penurunan yang dipasang pada pinggir atap tidak 271 Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Franklin dan Sangkar Faraday, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dipilih sesuai dengan daftar pada lampiran II Peraturan Menteri ini2 Untuk pemasangan instalasi penyalur petir jenis Elektrostatic dan atau jenis lainnya, jenis-jenis bahan untuk penghantar dan pembumian dapat menggunakan bahan sesuai dengan daftar pada lampiran II Peraturan Menteri ini dan atau jenis lainnya sesuai dengan standard yang diakui3 Penentuan bahan dan ukurannya dari ayat l dan ayat 2 pasal ini, ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu ketahanan mekanis, ketahanan terhadap pengaruh kimia terutama korosi dan ketahanan terhadap pengaruh lingkungan lain dalam batas standard yang diakui4 Semua penghantar dan pembumian yang digunakan harus dibuat dari bahan yang memenuhi syarat, sesuai dengan standard yang 281 Elektroda bumi harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian sekecil mungkin2 Sebagai elektroda bumi dapat digunakanTulang-tulang baja dari lantai-lantai kamar dibawah bumi dan tiang pancang yang sesuai dengan keperluan pembumianPipa-pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegakPipa-pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara mendatarPelat logam yang ditanamBahan logam lainnya dan atau bahan-bahan yang cara pemakaian menurut ketentuan pabrik pembuatnya.3 Elektroda bumi tersebut dalam ayat 2 harus dipasang sampai mencapai air dalam 291 Elektroda bumi dapat dibuat dariPipa baja yang disepuh dengan Zn Zincum dan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,25 mmBatang baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah sekurang-kurangnya 19 mmPita baja yang disepuh dengan Zn yang tebalnya sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm2 Untuk daerah-daerah yang sifat korosipnya lebih besar, elektroda bumi harus dibuat dariPipa baja yang disepuh dengan Zn dan garis tengah dalam sekurang-kurangnya 50 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3,5 mmPipa dari tembaga atau bahan yang sederajat atau pipa yang disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat dengan garis tengah daIam sekurang-kurangnya 16 mm dan tebal sekurang-kurangnya 3 mmBatang baja yang disepuh dengan Zn dengan garis tengah sekurang-kurangnya 25 mmBatang tembaga atau bahan yang sederajat atau batang baja yang disalur dengan tembaga atau yang sederajat dengan garis tengah sekurang-kurangnya 16 mmPita baja yang disepuh dengan Zn dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 301 Masing-masing penghantar penurunan dari suatu instalasi penyalur petir yang mempunyai beberapa penghantar penurunan harus disambungkan dengan elektroda kelompok2 Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang tegak dalam bumi tidak boleh kurangdari 4 meter, kecuali jika sebahagian dari elektroda bumi itu sekurang-kurangnya2 meter dibawah batas minimum permukaan air dalam bumi3 Tulang-tulang besi dari lantai beton dan gudang dibawah bumi dan tiang pancang dapat digunakan sebagai elektroda bumi yang memenuhi syarat apabila sebahagian dari tulang-tulang besi ini berada sekurang-kurangnya l satu meter dibawah permukaan air dalam bumi4 Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar harus ditanam sekurang-kurangnya 50 cm didalam 31Elektroda bumi dan elektroda kelompok harus dapat diukur tahanan pembumian nya secara tersendiri maupun kelompok dan pengukuran dilakukan pada musim 32Jika keadaan alam sedemikian rupa sehingga tahanan pembumian tidak dapat tercapai secara tehnis, dapat dilakukan cara sebagai berikutMasing-masing penghantar penurunan harus disambung dengan penghantar lingkar yang ditanam lengkap dengan beberapa elektroda tegak atau mendatar sehingga jumlah tahanan pembumian bersama memenuhi syaratMembuat suatu bahan lain bahan kimia dan sebagainya yang ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahanan pembumian memenuhi 33Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik tidak boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur 341 Elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar dapat dibuat dari pita baja yang disepuh Zn dengan tebal sekurang-kurangnya 3 mm dan lebar sekurang-kurangnya 25 mm atau dari bahan yang sederajat2 Untuk daerah yang sifat korosipnya lebih besar, elektroda bumi mendatar atau penghantar lingkar harus dibuat dariPita baja yang disepuh Zn dengan ukuran lebar sekurang-kurangnya 25 mm dan tebal sekurang-kurangnya 4 mm atau dari bahan yang sederajatTembaga atau bahan yang sederajat, bahan yang disepuh dengan tembaga atau bahan yang sederajat, dengan luas penampang sekurang-kurangnya 50 mm dan bila bahan itu berbentuk pita harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 2 mmElektroda pelat yang terbuat dari tembaga atau hahan yang sederajat dengan luas satu sisi permukaan sekurang-kurangnya 0,5 m dan tebal sekurang-kurangnya 1 mm. jika berbentuk silinder maka luas dinding silinder tersebut harus sekurang-kurangnya 1 351 Instalasi Penyalur Petir pada bangunan yang menyerupai menara seperti menara air, silo, masjid, gereja, dan lain-lain harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut Bahaya meloncatnya petirHantaran listrikPenempatan penghantarDaya tahan terhadap gaya mekanikSambungan-sambungan antara massa logam dari suatu bangunan2 Instalasi penyalur petir dari menara tidak boleh dianggap dapat melindungi bangunan bangunan yang berada 36l Jumlah dan penempatan dari penghantar penurunan pada bagian luar dari menara harus diselenggarakan menurut pasal 23 ayat 12 Didalam menara dapat pula dipasang suatu penghantar penurunan untuk memudahkan penyambungan-penyambungan dari bagian-bagian logam menara 37Menara yang seluruhnya terbuat dari logam dan dipasang pada pondasi yang tidak dapat menghantar, harus dibumikan sekurang-kurangnya pada dua tempat dan pada jarak yang sama diukur menyusuri keliling menara 38Sambungan-sambungan pada instalasi penyalur petir untuk menara harus betul-betul diperhatikan terhadap sifat korosip dan elektrolisa dan harus secara dilas karena kesukaran pemeriksaan dan VIIBANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENAPasal 391 Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan menggunakan penyalur tegangan lebih, kecuali jika antena tersebut berada dalam daerah yang dilindungi dan penempatan antena itu tidak akan menimbulkan loncatan bunga api2 Jika antena sudah dibumikan secara tersendiri, maka tidak perlu dipasang penyalur tegangan lebih3Jika antena dipasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, antena harus dihubungkan kebumi melalui penyalur tegangan 401 Pemasangan penghantar antara antena dan instalasi penyalur petir atau dengan bumi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga bunga api yang timbul karena aliran besar tidak dapat menimbulkan kerusakan2 Besar penampang dari penghantar antara antena dengan penyalur tegangan lebih, penghantar antara tegangan lebih dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi harus sekurang-kurangnya 2,5 mm”3 Pemasangan penghantar antara antena dengan instalasi penyalur petir atau dengan elektroda bumi harus dipasang selurus mungkin dan penghantar tersebut dianggap sebagai penghantar penurunan 411 Pada bangunan yang mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan instalasi penyalur petir harus pada tempat yang tertinggi2 Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petirPasal 421 Pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi penyalur petir, pemasangan penyalur tegangan lebih antara antena dengan elektroda bumi harus dipasang diluar bangunan2 Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang besi ini harus dihubungkan dengan VIIICEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 MPasal 431 Pemasangan instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lain yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter harus diperhatikan keadaan seperti dibawah ini Timbulnya karat akibat adanya gas atau asap terutama untuk bagian atas dari instalasiBanyaknya penghantar penurunan petirKekuatan gaya mekanik.2 Akibat kesukaran yang timbul pada pemeriksaan dan pemeliharaan, pelaksanaan pemasangan dari instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lainnya harus diperhitungkan juga terhadap korosi dan elektrolisa yang mungkin 44Instaiasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh dianggap dapat bangunan yang berada 451 Penerima petir harus dipasang menjulang sekurang-kurangnya 50 cm diatas pinggir cerobong2 Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian puncak cerobong dapat digunakan sebagai penerima petir3 Penerima harus disambung satu dengan lainnya dengan penghantar lingkar yang dipasang pada pinggir atas dari cerobong atau sekeliling pinggir bagian luar, dengan jarak tidak lebih dari 50 cm dibawah puncak cerobong4 Jarak antara penerima satu dengan lainnya diukur sepanjang keliling cerobong paling besar 5 meter. Penerima itu harus dipasang dengan jarak sama satu dengan lainnya pada sekelilingnya5 Batang besi, pipa besi dan cincin besi yang digunakan sebagai penerima harus dilapisi dengan timah atau bahan yang sederajat untuk mencegah 461 Pada tempat-tempat yang terkena bahaya termakan asap, uap atau gas sedapat mungkin dihindarkan adanya sambungan2 Sambungan-sambungan yang terpaksa dilakukan pada tempat-tempat ini, harus dilindungi secara baik terhadap bahaya korosi3 Sambungan antara penerima yang dipasang secara khusus dan penghantar penurunan harus dilakukan sekurang-kurangnya 2 meter dibawah pinggir puncak dari 471 Instalasi penyalur petir dari cerobong sekurang-kurangnya harus mempunyai 2 dua penghantar penurunan petir yang dipasang dengan jarak yang sama satu dengan yang lain2 Tiap-tiap penghantar penurunan harus disambungkan langsung dengan 481 Cerobong dari logam yang berdiri tersendiri dan ditempatkan pada suatu pondasi yang tidak dapat menghantar harus dihubungkan dengan tanah2 Sabuk penguat dari cerobong yang terbuat dari logam harus di sambung secara kuat dengan penghantar 491 Kawat penopang atau penarik untuk cerobong harus ditanamkan ditempat pengikat pada alat penahan ditanah dengan menggunakan elektroda bumi sepanjang 2 meter2 Kawat penopang atau penarik yang dipasang pada bangunan yang dilindungi harus disambungkan dengan instalasi penyalur petir bangunan IXPEMERIKSAAN DAN PENGUJIANPasal 50I Setiap instalasi penyalur petir dan bagian-bagiannya harus dipelihara agar selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat2 Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diujiSebelum penyerahan instalasi penyalur petir dari instalatir kepada pemakaiSetelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau instalasi penyalur petirSecara berkala setiap dua tahun sekaliSetelah ada kerusakan akibat sambaran petirPasal 511 Pemeriksaan dan pengujian instalasi penyalur petir dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk2 Pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk termasuk penyedian alat-alat 52Dalam pemeriksaan berkala harus diperhatikan tentang hal-hal sebagai berikutElektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat menimbulkan karatKerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar dan sebagainyaSambungan-sarnbunganTahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun elektroda 531 Setiap diadakan pemeriksaan dan pengukuran tahanan pembumian harus dicatat dalam buku khusus tentang hari dan tanggal hasil pemeriksaan2 Kerusakan-kerusakan yang didapati harus segara diperbaikiPasal 541 Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm2 Pengukuran tahanan pembumian dari elektroda bumi harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kesalahan-kesalahan yang timbul disebabkan kesalahan polarisasi bisa dihindarkan, Pemeriksaan pada bagian-bagian dari instalasi yang tidak dapat dilihat atau diperiksa, dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran secara XPENGESAHANPasal 551 Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana instalasi2 Gambar rencana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus menunjukan gambar bagian tampak atas dan tampak samping yang mencakup gambar detail dari bagian-bagaian instalasi beserta keterangan terinci termasuk jenis air terminal, jenis dari atap bangunan, bagian-bagian lain peralatan yang ada diatas atap dan bagian-bagian logam pada atau diatas 561 Gambar rencana instalasi sebagaimana dimaksud pada pasal 55 harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya2 Tata cara untuk mendapat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Keputusan MenteriPasal 571 Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya2 Setiap penerima khusus seperti elektrostatic dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya3 Tata cara untuk mendapat sertifikat sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut dengan Keputusan MenteriPasal 58Dalam hal terdapat perubahan instalasi penyalur petir, maka pengurus atau pemilik harus mengajukan permohonan perubahan instalasi kepada Menteri cq. Kepala Kantor Wilayah yang ditunjuknya dengan melampiri gambar rencana 59Pengurus atau pemilik wajib mentaati dan melaksanakan semua ketentuan dalam Peraturan Menteri XIKETENTUAN PIDANAPasal 60Pengurus atau pemilik yang melanggar ketentuan pasal 2, pasal 6 ayat 1, pasal 55 ayat 1, pasal 56 ayat 1, pasal 57 ayat 1 dan 2, pasal 58 dan pasat 59 diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. ribu rupiah sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat 2 dan 3 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan XIIATURAN PERALIHANPasal 61Instalasi penyalur petir yang sudah digunakan sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, Pengurus atau Pemilik wajib menyesuaikan dengan Peraturan ini dalam waktu 1 satu tahun sejak berlakunya Peraturan Menteri XIIIKETENTUAN PENUTUPPasal 62Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal DI J A K A R T APADA TANGGAL 21 PEBRUARI TENAGA KERJA COSMAS BATUBARA Permenaker no.12 tahun 2015 tentang K3 listrik ditempat kerja 3. Permenaker No : Per – 02/MEN/1992 Tentang Tata Cara Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja MATERI PELATIHAN 1. Kebijakan & Program Pengawasan Ketenagakerjaan 2. Pengawasan & Pembinaan Norma K3 Bidang Listrik 3. Persyaratan K3 Rancangan Instalasi No Jenis No Thn Tentang Link Download 1 Undang-undang 225 1930 Undang-Undang Uap Stoom Ordonantie 1930 Download 2 Undang-undang 3 1951 Pernyataan berlakunya UU pengawasan perburuan tahun 1948 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia Lembaga Negara tahun 1951 Download 3 Undang-undang 3 1969 Persetujuan konvensi organisasi perburuhan Internasional no 120 mengenai hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor Lembaga negara tahun 1969 Download 4 Undang-undang 1 1970 Keselamatan kerja Download 5 Undang-undang 13 2003 Ketenagakerjaan Download 6 Undang-undang 21 2003 Pengesahan ILO Convention concerning labour inspection in industry and commverce Konvensi ILO mengenai pengawasan ketenagakerjaan dalam industri dan perdagangan Download Undang-Undang 11 2020 Cipta Kerja Download 7 Peraturan Pemerintah 7 1973 Pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan pengunaan pestisida Download 8 Peraturan Pemerintah 19 1973 Pengaturan dan pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan Download 9 Peraturan Pemerintah 11 1979 Keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan minyak dan gas bumi Download 10 Peraturan Pemerintah 50 2012 Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Download 11 Peraturan Pemerintah 82 2019 Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Download 12 Peraturan Presiden 21 2010 Pengawasan ketenagakerjaan Download 13 Peraturan Presiden 34 2014 Pengesahan convention concerning the promotinal framework for occupational safety and heallth/convention 187, 2006 Konvensi mengenai kerangka kerja peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja/konvensi 187, 2006 Download 14 Peraturan Presiden 7 2019 Penyakit Akibat Kerja Download 15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 1976 Wajib latihan hyperkes bagi dokter perusahaan Download 16 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 1978 Keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengangkutan dan penebangan kayu Download 17 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 1979 Kewajiban latihan hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja bagi paramedis perusahaan Download 18 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 1980 Keselamatan dan kesehatan kerja pada kontruksi bangunan Download 19 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 1980 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja Download 20 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4 1980 Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan Download 21 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 1981 Kewajiban melapor penyakit akibat kerja Download 22 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 1982 Kwalifikasi juru las Download 23 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 1982 Pelayanan kesehatan tenaga kerja Download 24 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 2 1983 Instalasi alam kebakaran automatik Download 25 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 3 1984 Pengawasan ketenagakerjaan terpadu 26 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 3 1985 Keselamatan dan kesehatan kerja pemakaian asbes Download 27 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 3 1986 Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja yang mengelola pestisida Download 28 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 4 1987 Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja serta tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja Download 29 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 1 1988 Kwalifikasi dan syarat-syarat operator pesawat uap Download 30 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 1 1992 Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja pesawat karbid Download 31 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 1992 Tata cara penunjukan kewajiban dan wewenang ahli keselamatan dan kesehatan kerja Download 32 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 4 1993 Jaminan kecelakaan kerja Download 33 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 4 1995 Perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja Download 34 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 1 1998 Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan dasar jaminan sosial tenaga kerja Download 35 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 3 1998 Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan Download 36 Peraturan Menteri Tenaga Kerja 4 1998 Pengangkatan, pemberhentian dan tata kerja dokter penasihat Download 37 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 11 2005 Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja Download 38 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 2007 Pedoman pemberian penghargaan keselamatan dan kesehatan kerja K3 Download 39 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 15 2008 Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja Download 40 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 25 2008 Pedoman diagnosis dan penilaian cacat karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja Download 41 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8 2010 Alat pelindung diri Download 42 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 26 2014 Penyelenggaraan Penilaian Penerapan System Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Download 43 Peraturan Menteri ESDM 36 2014 Pemberlakuan standar nasional Indonesia SNI No. 02252011 Mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2011 PUIL 2011 Download 44 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 31 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir Download 45 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 32 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. tentang Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja lift untuk pengangkutan orang dan barang Download 46 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 33 2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 12 tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja Listrik di Tempat Kerja Download 47 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 9 2016 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pekerjaan pada Ketinggian Download 48 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 10 2016 Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Download 49 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 18 2016 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Download 50 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 37 2016 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan Dan Tangki Timbun Download 51 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 38 2016 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga Dan Produksi Download 52 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 6 2017 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Elevator Dan Eskalator Download 53 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 5 2018 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja Download 54 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan 8 2020 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pesawat Angkat dan Angkut Download 55 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 1135 1987 Bendera keselamatan kerja Download 56 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 245 1990 Hari keselamatan kerja nasional Download 57 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 186 1999 Penanggulangan kebakaran di tempat kerja Download 58 Keputusan Menteri Tenaga Kerja 187 1999 Pengendalian bahan kimia berbahaya Download 59 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 239 2003 Pedoman Pelaksanaan sertifikasi kompetensi calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja umum Download 60 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 68 2004 Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja Download 61 Keputusan Menteri Ketenagakerjaan 609 2012 Pedoman Penyelesaian Kasus Akibat Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Download 62 Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum 174 & 104 1986 Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi Download 63 Keputusan Bersama Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan pengawasan ketenagakerjaan 72 & 507 1999 Pemeriksaan dan pengujian terhadap pesawat angkat dan angkut, pesawat uap dan bejana tekan yang berada di kapal dan di pelabuhan 64 Intruksi Menteri Tenaga Kerja 11 1997 Pengawasan khusus K3 penanggulangan kebakaran Download 65 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 140 2004 Pemenuhan Kewajiban Syarat- Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kimia dengan Potensi Bahaya Besar Major Hazard Installation Download 66 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 2006 Peningkatan pengawasan pemakaian instalasi pipa bertenaga 67 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 2008 Peningkatan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Pemasangan dan Penggunaan atau Pengoperasian Gondola 68 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 2010 Peningkatan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penggunaan Gas Elpiji 69 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 2 2011 Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja PJK3 Download 70 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 3 2011 Pelaksanaan Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 yang selanjutnya disebut Ahli K3 Download 71 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5 2011 Lisensi/ / Surat Ijin Operator Pesawat Uap 72 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1 2012 Pemenuhan Kewajiban Syarat- Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbatas / Confined Spaces Download 73 Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 8 2020 Perlindungan Pekerja/Buruh dalam Program Jaminan Kecelakaan Kerja pada Kasus Penyakit Akibat Kerja karena Corona Virus Disease 2019 COVID-19 Download 74 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja 40 1980 Penetapan Bentuk / Formulir Sebagaimana Dimaksud Pasal 7 ayat 3 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Download 75 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja 84 1998 Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan Download 76 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan 407 1999 Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban Teknisi Lift Download 77 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan 311 2002 Sertifikasi Kompetensi Keselamatan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik Download 78 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 20 2004 Sertifikasi Kompetensi Keselamatan Kesehatan Kerja bidang Konstruksi Bangunan Download 79 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 37 2004 Kelengkapan dan Identitas Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja 80 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 20 2005 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja Download 81 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 113 2006 Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ruang Terbatas Confined Spaces Download 82 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 45 2008 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bekerja pada Ketinggian dengan Menggunakan Akses Tali Rope Access Download 83 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 53 2009 Pedoman Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja Download 84 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 48 2011 Bidang Jasa Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Download 85 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 84 2012 Tata Cara Penyusunan Dokumen Pengendalian Potensi Bahaya Besar dan Menengah Download 86 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 89 2012 Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Spesialis Listrik Download 87 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 74 2013 Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Supervisi Perancah Download 88 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 75 2013 Petunjuk Teknis Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekan, Pesawat Angkat dan Angkut, dan Pesawat Tenaga dan Produksi Download 89 Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan 69 2015 Pedoman Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Umum Download About Us Berdiri sejak tahun 2009, PT Patrari Jaya Utama merupakan PJK3 Resmi Kemnaker yang sudah memiliki sertifikat ISO 90012015 & ISO 45001 2015. PT Patrari Jaya Utama juga memperoleh lisensi Tempat Uji Kompetensi BNSP melalui beberapa LSP BNSP diberbagai bidang. © Copyright - All Rights Reserved Certified PermenakerPER.02/MEN/I/2011 tentang Pembinaan dan Koordinasi Pelaksanaan Pengawasan Ketenagakerjaan Permenaker No. 31 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker No. PER.02/MEN/1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir; Permenaker No. 32 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenaker No. PER.03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat K3 Lift Tujuan dari K3 Bidang Listrik adalah untuk menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai dengan tujuan penggunaannya dan mencegah terjadinya bahaya yang ditimbulkan akibat listrik seperti bahaya kebakaran, sentuhan langsung dan bahaya sentuhan tidak di lokasi kegiatan memanfaatkan listrik sebagai salah satu pekerjaannya, wajib menerapkan K3 Bidang listrik. Dasar hukum terkait K3 di bidang listrik adalah sebagai berikutUU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan No. 13 Tahun 2003 Tentang Meterai Tenaga Kerja RI tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Menteri Ketenagakerjaan RI No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di tempat Menteri Ketenagakerjaan RI No. 31 Tahun 2015 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Menteri Ketenagakerjaan RI No 32 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas peraturan menteri tenaga kerja No. Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja lift untuk pengangkutan orang dan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 38 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pesawat Tenaga dan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2017 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Elevator dan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan K3 No tentang Teknisi Lift yang terdiri dari penyedia pemasangan, teknisi pemasangan, teknisi penyetel dan penyedia Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan tentang Pembinaan calon Ahli K3 spesialis Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No tentang Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 No tentang Pembinaan Teknisi K3 0225-2011 mengenai PUIL dokumen peraturan hukum tersebut dapat dicari melalu mesin pencari seperti google. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para penegak keselamatan kerja dan dapat selalu Zero Accident. Salam safety!
Гиճисα θдኇρիнтоск δቭокሢሑутв ефεδеጭеφ αвр
Ч κեслοлጾղи ቫатኞтЯрсугиχ δеሢафэпω
Αδθзв αфωщ ուቮιсιηፅղОглэскθвсе укто
ጌ улαβа ፌሦхխሁуձаՇиռօቂом дивα ежοመոշեզуш
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per 02/Men/1989; f. Peraturan Menteri Tenaga No. 31/Men/2015 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Listrik (perubahan atas peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per 02/Men/1989); g. Permenaker No. 12 Tahun 2015. h. Peraturan Menteri Tenaga No.33/Men/2015 tentang Keselamatan Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, perlukah adanya penangkal petir untuk bangunan pabrik perusahaan dengan jumlah tingkat 1 satu tingkat dan jarak dari tanah ke atap adalah 18 meter? Mengacu pada Permenaker No. tidak disebutkan adanya kewajiban pemasangan penangkal petir untuk pengusaha, dan tidak ada kelas bangunan yang diwajibkan untuk penggunaan penangkal petir. Terima kasih atas pertanyaan bangunan dalam tipe bangunan tertentu wajib memasang penangkal petir atau yang dalam peraturan perundang-undangan dikenal dengan istilah penyalur petir, salah satu bagiannya adalah penghantar penurunan. Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter seperti pabrik tersebut dan mempunyai bagian-bagian yang menonjol ke samping harus dipasang beberapa penghantar lebih lanjut dan langkah-langkah instalasi penangkal petir dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini. UlasanAnda benar bahwa dasar hukum yang menyangkut soal pemasangan penangkal petir adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 02/Men/1989 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir “Permenaker 02/Men/1989” yang hingga kini peraturan tersebut tidak ada perubahan dan masih digunakan sebagai acuan dalam pemasangan penangkal petir atau yang dalam Permenaker 02/Men/1989 disebut sebagai penyalur petir ini dipasang dengan perlengkapan lainnya dalam satu kesatuan untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke penyalur petir ialah seluruh susunan saran penyalur petir terdiri atas penerima Air Terminal/Rod, Penghantar Penurunan Down Conductor, Elektroda Bumi Earth Electrode termasuk perlengkapan lainnya yang merupakan satu kesatuan berfungsi untuk menangkap muatan petir dan menyalurkannya ke bumi.[1]Bangunan pabrik atau tempat diselenggarakannya usaha dalam pertanyaan Anda memiliki tinggi 18 meter. Untuk bangunan yang memiliki tinggi di bawah 25 meter seperti ini, maka ketentuan instalasi/pemasangan penyalur petirnya adalah sebagai berikut[2] “Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter dan mempunyai bagian-bagian yang menonjol ke samping harus dipasang beberapa penghantar penurunan.”Jadi yang wajib dipasang pada bangunan pabrik tersebut adalah penghantar penurunan. Meski istilahnya bukan penangkal petir seperti yang Anda sebut, namun penghantar penurunan ini merupakan bagian dari penyalur petir sebagaimana yang kami sebutkan di atas. Penghantar penurunan ialah penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda bumi.[3]Yang diatur oleh Peraturan Menteri ini adalah Instalasi Penyalur Petir non radioaktif di tempat kerja.[4] Terkait pabrik, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi/pemasangan penyalur petir antara lain1. Tempat kerja yang yang perlu dipasang instalasi penyalur petir antara lain bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang penyimpanan bahan peledak dan lain-lain;[5]2. Pemasangan instalasi penyalur petir pada cerobong asap pabrik dan lain-lain yang mempunyai ketinggian lebih dari 10 meter harus memperhatikan keadaan seperti[6]a. Timbulnya karat akibat adanya gas atau asap terutama untuk bagian atas dari instalasi;b. Banyaknya penghantar penurunan petir;c. Kekuatan gaya Akibat kesukaran yang timbul pada pemeriksaan dan pemeliharaan, pelaksanaan pemasangan dari instalasi penyalur petir dada cerobong asap pabrik dan lain-lainnya harus diperhitungkan juga terhadap korosi dan elektrolisa yang mungkin terjadi.[7]Berdasarkan uraian di atas, menjawab pertanyaan Anda, pemasangan/instalasi penyalur petir ini tidak hanya didasarkan pada tinggi bangunan saja, tetapi juga apa yang disimpan dalam bangunan pengusaha yang Anda katakan adalah pengurus. Pengurus ialah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab penuh terhadap tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. Instalasi penyalur petir ini wajib diperiksa dan diuji oleh pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja atau jasa inspeksi yang ditunjuk dan pengurus atau pemilik instalasi penyalur petir inilah berkewajiban membantu pelaksanaan pemeriksaan itu.[8]Masih soal pabrik dan juga terkait kelas bangunan yang Anda tanyakan, dalam Lampiran 1 Permenaker 02/Men/1989 diuraikan bahwa macam-macam struktur bangunan, perhitungan angka indexnya, tinggi bangunan, dan sebagainya. Untuk pabrik, strukturnya sebagai berikut1. Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari atau tempat tinggal orang seperti tempat tinggal rumah tangga, toko, pabrik kecil, tenda atau stasiun kereta api - Indeks A Angka 12. Bangunan atau isinya cukup penting, seperti menara air, tenda yang berisi cukup banyak orang tinggal, toko barang-barang berharga, kantor, pabrik, gedung pemerintah, tiang atau menara non metal – Indeks A Angka 2Selain itu, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi penyalur petir. Oleh karena itu, sebaiknya Anda perhatikan kembali Lampiran Permenaker 02/Men/1989 dan konsultasikan juga dengan pegawai pengawas, ahli keselamatan kerja dan atau jasa inspeksi yang ditunjuk. Dari perhitungan itu juga dapat diperkirakan seberapa besar perkiraan bahayanya. Jika Anda ingin memasang penangkal petir, berikut langkah yang perlu Anda lakukan[9]1. Setiap perencanaan instalasi penyalur petir harus dilengkapi dengan gambar rencana instalasi;2. Gambar rencana harus menunjukkan gambar bagan tampak atas dan tampak samping yang mencakup gambar detail dari bagian-bagian instalasi beserta keterangan terinci termasuk jenis air terminal, jenis dari atap bangunan, bagian-bagian lain peralatan yang ada di atas atap dan bagian-bagian logam pada atau di atas atap;3. Gambar rencana instalasi harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya;4. Setiap instalasi penyalur petir harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya;5. Setiap penerima khusus seperti elektrostatic dan lainnya harus mendapat sertifikat dari Menteri atau pejabat yang jawaban kami, semoga HukumPeraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 02/Men/1989 Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.[1] Pasal 1 huruf h Permenaker 02/Men/1989[2] Pasal 25 ayat 1 Permenaker 02/Men/1989[3] Pasal 1 huruf j Permenaker 02/Men/1989[4] Pasal 8 Permenaker 02/Men/1989[5] Pasal 9 ayat 1 huruf b Permenaker 02/Men/1989[6] Pasal 43 ayat 1 Permenaker 02/Men/1989[7] Pasal 43 ayat 2 Permenaker 02/Men/1989[8] Pasal 51 Permenaker 02/Men/1989[9] Pasal 55 Pasal 57 Permenaker 02/Men/1989
Permenaker No. PER. 02/MEN/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Listrik f. Kepdirjen No. Kep. 47 Tahun 2015 Tentang Pembinaan Calon AK3 Listrik g. Kepdirjen No. Kep. 48 Tahun 2015 Tentang Pembinaan Calon Teknisi K3 Listrik h. SNI 04- 0225 2011 (PUIL 2011) Sebagai rujukan untuk system proteksi internal/proteksi bahaya sambaran tidak langsung.
Pengawasan instalasi penyalur petir diatur berdasarkan : a. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men/1989 b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.04/Men/1987 c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.04/Men/1985 d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1979 36. 5t5vpr.
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/137
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/190
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/123
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/271
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/211
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/144
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/302
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/12
  • 5ynyhcmhvy.pages.dev/108
  • per 02 men 1989 tentang pengawasan instalasi penyalur petir